Friday, October 16, 2009

Memoar

ANJING NYET! gua nemu blog lama gua pas lagi iseng masukin nama sendiri di google. oke, freak, I know. tapi bokap gua juga sering kok. ini dia;

Tadi siang, gua pergi bikin pasfoto dengan rambut baru gua, abis selesai difoto, hasilnya baru bisa diambil sekitar satu jam, jadinya gua duduk sambil beli sarapan dengan rambut baru gua, iseng ga ada kerjaan, gua buka eBuddy, masih dengan rambut baru gua. Di eBuddy, gua ngobrol sama Gama "FTTM ITB 2008" Adam. Oh iya, waktu itu gua lagi jalan sama Gama, terus diteriakin sama orang cewe 17 taunan,"GAMA!", pas Gama nengok, tuh cewek ngomong "eh sori, gua kira Afgan", anjir, ga lucu.

Ok, kita ngobrol ngalor ngidul, mulai dari singkatan SBPT (Saya Bukan Pak Toni), besarnya rasa sayang gua sama dia dan sebaliknya, tingkat kecepatan reaksi suatu larutan Asam Semut dengan Asam Cuka, sampe akhirnya ngomongin orang ribut. Orang beberapa detik sebelom ribut, cenderung dimulai dengan kata kata, "APA LO?" yang diucapkan dengan intonasi marah, kesal dan terburu buru, terkadang sambil ngeliat jam, khawatir ketinggalan jam makan siang. Orang ribut ke dua, bakal menjawab dengan pertanyaan yang sama "APA LO?", kemudian baku hantam dimulai dengan sengit.

Padahal, apabila ditelaah menggunakan akal sehat, pertanyaan ‘apa lo?’ sangatlah ambigu. Apa yang diharapkan penanya saat dia melontarkan pertanyaan tersebut? Coba ya, pas lo lagi tenang, ada yang nanya, "Apa lo?", lo mau jawab apa? Dia sendiri gatau musuhnya harus jawab apa.

Sebetulnya, keujungan ribut dan pertempuran, amatlah tergantung dari jawaban pertanyaan diatas. Contoh:

Penanya: "Apa lo?" -> diucapkan dengan marah
Ditanya: "Apa yaaa" -> dijawab dengan imut, tangan dibibir, mata mengerling
Hasil: Apabila penanya adalah orang yang pemarah, jawabannya adalah "Bacot lo nyet!", diakhiri dengan baku hantam seadanya.

Contoh 2:
Penanya: "Apa lo?"
Ditanya: "Ada deh!" -> dijawab dengan mengedipkan sebelah mata
Hasil: Idem dengan contoh 1, perbedaan terletak pada lokasi lebam

Contoh 3:
Penanya: "Apa lo?" -> masih dengan emosi dan nafas terengah seperti banteng
Ditanya: "It depends on what you want me to be, my friend, I could be anything you want me to be"
Hasil: Penanya akan terhenyak, memberi waktu bagi ditanya untuk melancarkan serangan pertama.

Contoh 4:
Penanya: "Apa lo?" -> emosi, niat memukul sudah sampai diubun ubun
Ditanya: "Apa persamaan Diponegoro dan Cut Nyak Dien?" ->dilontarkan dengan tegas dan rahang yang terkatup rapat, tidak lupa tangan mengepal keras
Hasil: "Sama sama ga punya handphone"

Contoh 5:
Begitu liat bibir dia bergerak, elo harus langsung teriak
Elo: "Yang ngomong abis gua monyet!" -> abis selesai ngomong, langsung tutup mulut lo dengan gerakan yang anggun
Dia: "Apa lo?" -> biasanya dilanjutkan dengan menggenggam keras kerah bajulo
Elo (berteriak): "GUA GA BAWA PISANG!"
Hasil: Mungkin lo dipukulin, tapi minimal dia mengakui bahwa dirinya monyet, berbanggalah

Contoh 6:
Dia: "Apa lo?"
Elo: "Berapa 8 + 6 x 3?"
Hasil: 26

Kalo lo mau, ada satu cara dimana lo bisa menghajar musuh lebih cepat dan telak, lo cuman perlu tangan yang lentur dan mulut yang cepat, ini disebut dengan Combo Mulut & Pukulan.

Dia: "Apa Lo?" -> marah, terlihat kokoh dan tidak mudah menyerah
Elo: "Bagai berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi" ->sambil pukul ulu hati
Dia: (Terhempas mundur)
Elo: "Bagai menegakkan benang basah!" -> nendang pake kaki kanan
Dia: AH! (Terdorong menuju kekalahan)
Elo: "Sekali mendayung 2 / 3 pulau terlampaui" -> serang pake sikut kiri lo
Dia: (Mulai terjatuh, terlihat akan tumbang)
Elo: "Burung gereja terbang bergerombol, HANYA ELANG TERBANG SENDIRI!" -> bagian terakhir harus lantang dan diiringi pukulan terakhir yang gemilang
Hasil: Ga cuman menang, elo juga bakal dinilai sebagai pujangga yang romantis

Happy Trying / Sensei* (coret yang tidak perlu)